Sejarah lato-lato yang sempat dilarang di beberapa negara...

Sejarah lato-lato yang sempat dilarang di beberapa negara

Lato-Lato di Indonesia dimulai dengan popularitas clackers yang merambah ke negara ini secara internasional. Pada sekitar tahun 1990-an

Sejarah lato-lato yang sempat dilarang di beberapa negara

Sejarah Lato-Lato di Indonesia dimulai dengan popularitas clackers yang merambah ke negara ini secara internasional. Pada sekitar tahun 1990-an, mainan ini menjadi populer di kalangan anak-anak Indonesia. Namun, sebenarnya sejarah permainan lato-lato telah dimainkan sejak tahun 1970-an. Meskipun bentuk permainannya tetap sama, namun bahan yang digunakan telah diubah dari kaca temper menjadi plastik polimer. 

Plastik polimer dianggap lebih aman daripada bahan sebelumnya. Meskipun tetap ada risiko pecah, pecahan dari lato-lato tidak membentuk proyektil seperti kaca, seperti yang dilansir oleh Quartz. Di Indonesia, permainan clackers ini lebih dikenal dengan sebutan lato-lato. Nama tersebut berasal dari bahasa Bugis dan berubah menjadi 'katto-katto' di Makassar. Sedangkan di beberapa daerah di Pulau Jawa, permainan ini dulunya dikenal dengan sebutan 'tek-tek', mengacu pada bunyi yang dihasilkan saat dimainkan.

Lato-lato adalah permainan dua bola berat yang diikatkan pada senar, dimainkan dengan cara dipukul dan digerakkan dengan ring. ke awal, yang menciptakan suara yang kuat dan khas. Lato-lato kini digandrungi dan dimainkan oleh banyak kalangan di Indonesia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Game yang terdengar “tek-tek-tek” ini dimainkan hampir di setiap daerah dan menghiasi media sosial. Meski sedang menjadi tren di Indonesia, ternyata permainan ini sudah dimainkan sejak tahun 1960-an.

Permainannya cukup sederhana yaitu mengocok dua bola yang diikatkan pada seutas tali sehingga saling berbenturan. Permainan lato-lato berasal dari Amerika Serikat, menurut Quartz. Di negara asal permainan ini disebut klackers, klik-klakks atau tapping.

Pada awal tahun 70-an, ratusan produsen mainan menjual jutaan kerupuk di seluruh dunia. Pada saat itu, klackers sangat populer sehingga permainan ini menjangkau penduduk provinsi kecil Italia utara bernama Calcinatello. Kawasan yang berpenduduk 12.832 jiwa ini menyelenggarakan kompetisi tahunan bagi para penggemar kerupuk.

Klackers memiliki konstruksi yang mirip dengan boleadors, senjata favorit para gaucho atau koboi Argentina yang mencoba mendapatkan guanaco. Biskuit awalnya terbuat dari kayu atau logam. Setelah itu dibuat dari tempered glass.

Namun, pecahan kaca temper dianggap berbahaya bagi orang yang memainkannya. Pada tahun 1966, Food and Drug Administration, badan yang awalnya mengatur keamanan mainan di Amerika Serikat, juga mengeluarkan peringatan tentang bahaya kerupuk. Biskuit dilarang karena dianggap mengandung bahan kimia atau zat radioaktif dan mudah terbakar.

Tiga tahun kemudian, kewenangan itu diperpanjang dengan melarang penjualan mainan kerupuk di pasaran.Sebuah permainan yang awalnya dipasarkan sebagai cara untuk mengajarkan koordinasi tangan-mata anak-anak dapat menjadi sebuah proyektil yang memberikan peringatan untuk mencegah kebutaan.

Meski dilarang di Amerika Serikat, popularitasnya telah menyebar ke seluruh dunia. Sebelumnya terbuat dari tempered glass, lama kelamaan kerupuk dibuat dari plastik polimer yang dianggap lebih aman.

Di Indonesia, kerupuk mulai populer pada tahun 1990-an dengan nama tek-tek. Kini permainan tersebut kembali menjadi trend dengan nama lato-lato. lato-lato berasal dari bahasa suku Bug. Lato-lato konon berasal dari kajao-kajao, artinya nenek. Kata itu akhirnya menjadi kucing-kucing dan kemudian lato-lato.

Bermain lato-lato melibatkan pemain dalam membenturkan kedua bola menggunakan tangan agar dapat bergerak naik dan turun secara seimbang serta terus berbenturan berulang-ulang. Meskipun permainan ini sederhana, terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh seperti yang dikutip dari laman Doktersehat.com.

Subscribe to receive free email updates: